Awatara dalam ajaran agama hindu
adalah renkarnasi dari tuhan yang maha kuasa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) yang
turun ke dunia menjelma menjadi suatu mahkluk untuk menyelamatkan bhuana alit
dan bhuana agung dari kehancuran yang disebabkan ketidak stabilan dunia untuk
menyelamatkan orang-orang yang melaksanakan dharma/kebenaran sesuai ajaran
agama hindu .
Di dalam
agama hindu kita mengenal adanya dasa awatara (dewata nawasanga) . Dasa awatara adalah sepuluh
jelmaan tuhan yang turun ke dunia untuk menyelamatkan bhuana agung dan bhuana
alit dari ketidakstabilan yang sangat besar . Tugas dewa wisnu adalah
memelihara alam semesta , maka ketika alam semesta dalam bahaya yang sangat
besar dewa wisnu akan lahir sebagai makhluk hidup untuk menyelamatkan
ciptaannya .
10 awatara yang turun ke dunia :
1 . Matsya Awatara
Matsya Awatara muncul pada zaman Satya
Yuga, tepatnya pada masa pemerintahan Raja Satyabrata yang lebih dikenal dengan
Waiwasta Manu (putra Wiwaswan, Dewa Matahari). Kisah tentang Matsya Awatara ini
dapat disimak dalam Matsyapurana.
Suatu saat, Raja Satyabrata sedang
mencuci tangan di sungai. Ia melihat seekor ikan menghampiri tangannya dan ia
tahu bahwa ikan itu meminta pertolongan. Sang Raja pun membawa ikan itu ke
istana dan merawatnya di sebuah kolam. Semakin hari, ikan itu semakin besar
sampai memenuhi kolam. Kemudian ikan itu dipindahkan Raja ke kolam yang lebih
besar. Namun, kejadian yang sama terus berulang-ulang. Melalui suatu upacara,
diketahui bahwa ikan raksasa itu adalah kelahiran Dewa Vishnu. Ada juga versi
yang menyebutkan bahwa ikan tersebut dibawa ke samudra. Ikan itu kemudian
menyampaikan bahwa dalam tujuh hari banjir bah akan melanda bumi dan
memerintahkan sang Raja untuk membangun bahtera besar. Ia juga memerintahkan
agar Raja nantinya harus mengisi bahtera tersebut dengan makhluk hidup yang
berpasangan, serta membawa Sapta Rsi. Ikan tersebut juga berpesan agar setelah
banjir tiba, bahtera tersebut agar diikat di tanduknya dengan naga basuki
sebagai talinya.
Seratus tahun kemudian, Bumi dilanda
kekeringan dan kelaparan dialami semua makhluk hidup. Tiba-tiba langit
diselimuti tujuh macam awan dan terjadilah hujan yang sangat lebat di muka
bumi. Raja Satyabrata yng menuruti perintah sang ikan akhirnya selamat beserta
para pengikutnya. Ikan tersebut sampai saat ini disebut Matsya Awatara
Kisah dengan tema yang sama juga dapat
disimak dalam kisah Nabi Nuh dan beberapa kisah lain dari Yunani dan Amerika.
2. Kurma Awatara
Kurma Awatara muncul pada zaman Satya
Yuga, mengambil wujud kura kura raksasa bernama Akupa. Pada saat itu, para Dewa
dan Asura (Raksasa) mengadakan sidang di puncak gunung Mahameru untuk mencari
cara mendapatkan Tirta Amerta, yaitu air suci yang membuat siapa saja yang
meminumnya dapat hidup abadi. Narayana (Vishnu) bersabda, "Kalau kalian menghendaki
Tirta Amerta tersebut, aduklah lautan Ksira (Ksirasegara/Ksirarnawa), sebab
dalam lautan tersebut terdapat tirta amerta.Kerjakanlah!"
Setelah mendengar perintah itu, para
Dewa dan Asura pergi ke lautan susu (Ksirarnawa/Ksirasegara). Mereka memerlukan
alat untuk mengaduk lautan tersebut. Di Pulau Sangka (Sangka Dwipa), terdapat
Gunung Mandara (Mandaragiri) yang tingginya 11000 yojana. Sang Anantabhoga
kemudian mencabut gunung tersebut beserta segala isinya. Setelah mendapat ijin
dari Dewa Samudra, Gunung Mandara dijatuhkan ke laut Ksira sebagai tongkat
pengaduk lautan tersebut. Seekor kura-kura (kurma) raksasa bernama Akupa yang
merupakan penjelmaan Vishnu, menjadi dasar pangkal gunung tersebut. Ia disuruh
menahan gunung tersebut agar tidak tenggelam.
Naga Basuki dipergunakan sebagai tali,
membelit lereng gunung tersebut. Dewa Indra menduduki puncaknya agar gunung
tersebut tidak melambung ke atas. Kemudian, para Dewa dan Asura memutar gunung
Mandara. Para Dewa memegang ekornya, sementara para Asura memegang kepalanya.
Setelah lautan diaduk, racun yang disebut Halahala menyebar dan dapat membunuh
seluruh makhluk hidup. Dewa Siwa pun meminumnya sampai lehernya berwarna
kebiruan (Nilakantha). Setelah itu, berbagai dewa-dewi, makhluk hidup, dan
harta karun pun muncul.
Akhirnya Dhanwantari muncul membawa
kendi berisi Tirta Amerta. Para dewa sudah mendapat banyak bagian, sementara
Asura belum sedikit pun. Akhirnya para Asura merebut paksa Tirta Amerta untuk
dimiliki. Dewa Vishnu kemudian mencari siasat untuk merebut kembali Tirta
Amerta. Kemudian Ia menjelma menjadi wanita cantik bernama Mohini yang akhirnya
dapat menipu Asura. Tirta Amerta pun kembali ke tangan para Dewa. Menyadari hal
itu, Asura marah dan terjadi peperangan antara para Dewa dan para Asura. Dewa
Vishnu kemudian mengeluarkan senjata saktinya (Cakra) dan mengalahkan para
Asura.
Para Dewa kemudian pergi ke Wisnuloka
untuk meminum Tirta Amerta sehingga hidup mereka abadi. Melihat hal itu,
seorang Raksasa merubah wujud menjadi Dewa. Namun, Dewa Aditya dan Chandra
mengetahui hal itu dan melaporkan pada Dewa Wisnu. Dewa Wisnu pun berhasil
memenggal kepala raksasa tersebut. Namun, kepala raksasa tersebut tetap abadi
karena sudah terkena Tirta Amerta. Raksasa itu pun marah dan bersumpah akan
memakan Aditya dan Chandra pada pertengahan bulan.
3. Waraha Awatara
Pada zaman Satyayuga (kebenaran),
hidup seorang raksasa bernama Hiranyaksa, adik dari Hiranyakasipu. Hiranyaksa
hendak menenggelamkan bumi ke dalam "lautan kosmik", suatu tempat
antah berantah di alam semesta. Melihat bumi akan mengalami kehancuran, Dewa
Vishnu menjelma menjadi Babi Hutan dengan kedua taring yang mencuat dengan
tujuan untuk menopang bumi yang dijatuhkan Hiranyaksa. Namun, sebelum Waraha
Awatara dapat menopang Bumi kembali, Ia harus mengalahkan Hiranyaksa dalam
peperangan yang berlangsung selama ribuan tahun. Akhirnya, Waraha Awatara
menikahi Dewi Pertiwi (Dewi Bumi). Waraha Awatara dijelaskan dalam kitab
Warahapurana
4. Narasinga Awatara
Pada akhir zaman Satyayuga, seorang
Raja Asura bernama Hiranyakasipu sangat membenci segala sesuatu yang
berhubungan dengan Dewa Wisnu termasuk pengikutnya. Karena bertahun tahun lalu,
Hiranyaksa (adiknya) dibunuh oleh Waraha Awatara.
Untuk mendapatkan kesaktian, ia
melakukan tapa kepada Dewa Brahma. Ia kemudian memohon berkat untuk hidup
abadi. Namun Dewa Brahma tak dapat mengabulkannya. Hiranyakasipu hanya tidak
dapat dibunuh oleh Manusia, Hewan, maupun Dewa; saat pagi, siang, maupun malam;
di luar maupun di dalam rumah; di air, darat, maupun udara; dan tidak dapat dibunuh
dengan segala macam senjata.
Di rumah Hiranyakasipu, Dewa Indra dan
bala tentaranya menyerbu. Untungnya, Narada datang dan menyelamatkan Lilawati
(istri Hiranyakasipu) dan Prahlada (anak Hiranyakasipu). Prahlada kemudian
dididik oleh Narada untuk menjadi pengikut Dewa Vishnu.
Mengetahui hal tersebut, Hiranyakasipu
marah besar dan mencoba membunuh anaknya sendiri. Namun, setiap kali mencoba,
ia selalu tidak dapat membunuh anaknya. Kekuatan Dewa Wisnu yang tidak terlihat
oleh mata Hiranyakasipu selalu menolong Prahlada. Hiranyakasipu pun menantang
Prahlada untuk menunjukkan Dewa Wisnu. Prahlada berkata,"Ia berada di
mana-mana, Ia di sini, dan Ia akan muncul"
Pada petang hari itu, Dewa Vishnu
muncul sebagai Narasinga Awatara (manusia berkepala singa dan berkuku tajam).
Narasinga Awatara dapat mengakhiri Hiranyakasipu. Karena waktu yang tepat,
berkat Dewa Brahma tidak berlaku lagi. Hiranyakaksipu memang dibunuh tidak oleh
manusia, hewan, maupun dewa; tidak di air, darat, ataupun udara, melainkan di
pangkuan Narasinga; tidak di dalam maupun di dalam rumah, melainkan di
antaranya; tidak dibunuh dengan senjata, melainkan dengan kuku Narasinga.
Intinya adalah Beliau ada dimana-mana
dan akan melindungi setiap pengikutnya tanpa memandang keturunan melainkan
hanya ketulusan dan perbuatan baik orang tersebut.
5. Wamana Awatara
Wamana Awatara terdapat dalam
Bhagavatapurana. Menurut kitab, ia adalah seorang brahmana mungil, putra Aditi
dan Kasyapa. Pada zaman itu (Tretayuga), hiduplah seorang Raksasa bernama Bali,
seorang Asura dan cucu dari Prahlada. Ia telah menguasai bumi dan merebut Surga
dari Dewa Indra.
Suatu hari, Raja Bali mengadakan acara
besar untuk memberikan hadiah kepada para Brahmana. Sukracarya sebelumnya sudah
mengingatkan Raja Bali untuk tidak memberikan hadiah kepada Brahmana yang
berwujud aneh. Datanglah Wamana Awatara dengan wujud brahmana mungil untuk
memohon hadiah. Ia meminta tanah seluas tiga langkah kakinya. Raja Bali pun
takabur dan memberikannya sepenuh hati. Tiba-tiba Wamana membesar dan membesar.
Langkah pertamanya adalah Surga, langkah keduanya adalah Bumi, karena tidak ada
tempat untuk melangkah lagi, maka Raja Bali menyerahkan kepalanya. Dengan
itulah Wamana Awatara mengakhiri Raja Bali. Terkesan dengan kedermawanan Bali,
Ia kemudian memberinya gelar Mahabali.
6. Parasurama
Awatara
Parasurama Avatara dikisahkan di dalam
Brahma Purana. Dalam kisah ini disebutkan bahwa Parasurama dilahirkan dalam
keluarga Brahmana jamadagni. Pada masa mudanya, ia pernah membunuh ibunya
sendiri, bernama Renuka. Hal itu karena kesalahan Renuka sendiri sehingga
membuat Jamadagni marah besar. Jamadagni kemudian memerintahkan anak-anaknya
untuk membunuh ibu mereka dan berjanji akan memenuhi keinginan mereka. Semuanya
menolak kecuali Parasurama yang cerdas. Semua kakak-kakaknya yang menolak telah
dikutuk menjadi batu. Parasurama kemudian berhasil membunuh ibunya. Sesuai
janjinya, Jamadigna akan mengabulkan permintaan Parasurama. Parasurama meminta
agar Jamadigna menghidupkan kembali Renuka dan kakak-kakanya dan memperlakukan
mereka dengan baik.
Setelah dewasa dan selesai berguru,
Parasurama mendapatkan anugerah senjata berupa kapak yang sangat sakti.
Dikisahkan pada saat itu para ksatria banyak membuat onar. Mereka suka
mengonsumsi berbagai macam minuman keras, tidak menghormati wanita dan selalu
mengganggu ketentraman masyarakat. Hukum di masyarakat tersebut tidak berjalan
dengan baik. Orang jahat dibebaskan atau dihukum ringan, orang yang baik
malahan dimasukkan ke penjara.
Misi Parasurama sendiri adalah
menumpas kaum Ksatria yang bertindak sewenang-wenang. Ia bahkan pernah
mengelilingi dunia sebanyak tiga kali untuk melakukan itu. Setelah misinya
selesai, Parasurama tetap hidup, karena dia adalah seorang Ciranjiwin (abadi).
Ia bahkan pernah bertemu Rama dan Krishna, awatara selanjutnya. Itulah keunikan
dari Parasurama.
7. Rama Awatara
Kisah tentang Rama Awatara ini adalah
kisah yang sangat umum dan dikenal dengan nama Ramayana. Bahkan kisah ini telah
diterjemahkan dalam pewayangan Jawa. Misi Rama lahir ke dunia adalah untuk
membinasakan kaum Raksasa yang bertindak sewenang-wenang, menindas, dan
bertingkah laku di luar Dharma. Raja dari kaum Raksasa tersebut bernama
Rahwana. Saking jahatnya Rahwana, sampai membuat Pertiwi menangis dan memohon
perlindungan Dewa Wisnu. Dewa Wisnu pun lahir ke dunia sebagai Rama.
Rama menghabiskan masa mudanya di
Hutan Dandhaka karena diusir ayahnya sendiri (raja Dasarata) atas keinginan ibu
tiri. Bersama Sita (kekasihnya) dan Laksmana, saudara yang setia, Rama
mengembara di hutan, membinasakan para Raksasa dan menyebarkan Dharma.
Suatu saat, Rahwana terpikat pada
kecantikan Sita dan menculik Sita dengan tipu daya. Namun, pada akhirnya
Rahwana dapat dibinasakan dan Sita kembali ke pelukan Rama. Mereka kemudian
kembaali ke Ayodhya untuk memimpin kerajaan tersebut.
Kisah Ramayana tidak hanya berisi
tentang kepahlawanan dan Dharma, tetapi juga tentang percintaan dan kesetiaan.
Terdapat juga kisah pengorbanan yang dilakukan Sita.
8. Krishna Awatara
Krishna adalah salah satu dewa yang
dipuja oleh umat Hindu, berwujud pria berkulit gelap atau biru tua, memakai
dhoti kuning dan mahkota yang dihiasi bulu merak. Dalam seni lukis dan arca,
umumnya ia digambarkan sedang bermain seruling sambil berdiri dengan kaki yang
ditekuk ke samping. Legenda Hindu dalam kitab Purana dan Mahabharata menyatakan
bahwa ia adalah putra kedelapan Basudewa dan Dewaki, bangsawan dari kerajaan
Surasena, kerajaan mitologis di India Utara. Secara umum, ia dipuja sebagai
awatara (inkarnasi) Dewa Wisnu kedelapan di antara sepuluh awatara Wisnu. Dalam
beberapa tradisi perguruan Hindu, misalnya Gaudiy Waisnawa, ia dianggap sebagai
manifestasi dari kebenaran mutlak, atau perwujudan Tuhan itu sendiri, dan dalam
tafsiran kitab-kitab yang mengatasnamakan Wisnu atau Kresna, misalnya Bhagawatapurana,
ia dimuliakan sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagawatapurana,
ia digambarkan sebagai sosok penggembala muda yang mahir bermain seruling,
sedangkan dalam wiracarita Mahabharata ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang
bijaksana, sakti, dan berwibawa. Selain itu ia dikenal pula sebagai tokoh yang
memberikan ajaran filosofis, dan umat Hindu meyakini Bhagawadgita sebagai kitab
yang memuat kotbah Kresna kepada Arjuna tentang ilmu rohani.
9. Buddha Awatara
Sang Buddha sebelumnya bernama Pangeran
Sidharta Gautama.Beliau lahir dalam keluarga suku Sakya yang sangat teguh
menjalankan tradisi leluhur. Mereka lahir di dalam keluarga Hindu. Ayahnya
adalah seorang raja di Kerajaan Kapilawastu benama Raja Sodhodana. Sementara
Ibundanya adalah Dewi Maha Maya. Ketika baru lahir, Sidharta kecil sudah
langsung dapat berjalan tujuh langkah dan secara ajaib dari tanah bekas injakan
kakinya muncul tumbuh bunga teratai putih yang mengeluarkan bau harum semerbak.
Akibat dari ramalan seorang Brahmana sakti yang meramalkan Sidharta kelak akan
menjadi Buddha, maka oleh Raja Sodhodana, pangeran kecil ini dibuatkan tiga
buah istana yang mewah agar ia hidup bergelimangan kemewahan dan kelak hidupnya
tidak menjadi Buddha.
Namun, akibat melihat tiga peristiwa
sederhana yang agung— melihat orang sakit, melihat orang tua yang jalannya
tertatih-tatih, dan melihat orang meninggal, lalu Sidharta Gautama meninggalkan
istana, istri, anak, keluarga dan rakyatnya pergi ke hutan Uruwela untuk
mencari penawar duka atau penderitaan. Penderitaan yang dimaksud adalah usia
tua, kesakitan, dan kematian. Setelah mencapai penerangan sempurna, Sidharta
Gautama bergelar Buddha, yang mengajarkan ajarannya ke seluruh dunia untuk
menunjukkan jalan yang benar agar umat manusia mencapai kebahagiaan dan
terlepas dari penderitaan.
10 . Kalki Awatara
Kalki Awatara adalah awatara yang
belum lahir dan akan lahir ketika dunia sudah mencapai puncak usia yang dikenal
dengan istilah akhir zaman atau jaman kaliyuga . Kalki Awatara dengan
menunggang kuda putih, bersenjatakan pedang dan pecut sakti berkeliling dunia
menegakkan kebenaran sehingga dunia terhindar dari kehancuran. Kalki Awatara
diyakini dapat mengembalikan keadaan zaman dari kacau balau menjadi zaman
keemasan yang masyarakatnya hidup makmur, adil, dan sejahtera.
thankz infonya
ReplyDeletevisit jg ya >> dewa Pandai Besi
sampai jumpa :)
Ap kesimpulannya kak, respon cepat buat tugas
ReplyDeletekesimpulan apa ya ?.
DeleteOm Brahma devae namah
ReplyDeleteGambar kurma Awatara nya lucu ya!
ReplyDeleteApakah ini 👉 bertugas untuk apa dewa wisnu?
ReplyDelete